Selasa, 9 November 2010

Akhirnya kekentalan dan keperkasaan jiwa yang kumiliki selama ini turut goyah dalam ilam dan elegi.Permainan ngeri yang kumainkan mengikut rentak alunan muzik tari gemalai ciptaanmu membawa ku ke lorong yang entah di mana puncanya.Kini segalanya sudah terungkai,aku hanya mampu berjeda dalam lamunan yang panjang dan tidak bertepi......

Sahabat..riang tawa.manja berbicara yang pernah kita lalui bersama adalah momentum indah yang akan ku kenang dan kuingat di mindaku sebagai satu catatan sejarah di sepanjang perjalanan hidup yang pasti,sepi malam dan riuh siangku terisi dengan gurauan dan sapaan manjamu walau ia beku dan kaku serta tidak kelihatan kelibat gerangannya..

Sahabat..untuk ku teruskan kebersamaan ini untuk satu hubungan yang entah di mana nanti noktahnya ,mungkin tidak sama sekali,maafkan aku jika aku menarik diri,hilangnya aku bukanlah satu kehilangan kerna di luar sana masih ramai yang menanti,yang boleh berikrar untuk sehidup dan semati,tentunya ia bukan saja bisa membina satu mahligai kayangan tapi lebih dari itu...

Terima kasih atas kebencian dan kemenyampahan yang kau ciptakan agar aku bisa mengundur diri secara terhormat ,dimana aku kelak bisa menghapus namamu dari minda dan ingatnku,waima keegoaanmu tidak tertuntas dan tiada sesiapa yang berani menelanjangkan kelemahan dan kekuranganmu yang boleh menggugat keperibadianmu yang ...kau agongkan selama ini yang begitu tersohor di mata khalayak

 mengenang indahnya tatkala kita berlari di kaki langit mencapai dan mengejar
pelangi tatkala hujan kan turun bila2 masa saja,tapi kita terpaksa
berlari pergi dari taman itu kerna bila hujan membasahi bumi,pelangi pun hilang dari pandangan.

pantai remis
ku kunjungimu buat kesekian kalinya
ku susurimu untuk mendengar
alunan ombak yang malas menderu
petang di pantai remis
bagai memaksa ku untuk tidak mengingatimu
walau sesaat cuma
sesungguhnya kepedihan keberadaan ku di sana
amat menikam jiwa kerdilku
sepetang di pantai remis
bagai menyindirku dan memalukanku
serta menelanjangkan dan memuntahkan
lahar-lahar kerikil penyesalan
yang bermaharajalela di pundak mindaku
sukarnya menerima seseorang yang asing
yang kukenali dan terkadang tidak ku kenali
lalu siapakah manusia itu....
sesuka mengheretku kelembah menjijikkan
sewenang-wenangnya menenggelamkanku
dan membenamkanku ke dasar dalamnya lautan
persis berlumpurnya lautan di pantai remis..